Thursday, November 18, 2010

Sebuah Kesombongan Yang Menghancurkanku

Memasuki perkuliahan semester 7 perasaanku sedih sekaligus bahagia, Sedih karena waktuku di perkuliahan akan semakin berkurang bahagia karena dapat bertemu kembali dengan teman-teman lamaku. Memang tidak semua kebahagiaan kudapat dari pertemuan tersebut, paling tidak hal itu mengobati rasa rindu dan kesepianku. Sesuai dengan tabiatku yang tidak pernah berubah sejak dahulu, aku selalu terlambat mengisi KRS(Kartu Rencana Studi) yang berakibat tidak terdaftarnya namaku pada absen perkuliahahn sementara. Akan tetapi hal itu sebenarnya bukanlah merupakan masalah, sebab tidak terlalu berpengaruh mengingat absen tersebut masih bersifat tidak tetap. Meskipun begitu karena sikap malasku yang sering timbul menjelang masuk perkuliahan untuk semester baru, akuy lewatkan beberapa minggu kelas perkuliahan yang mengakibat di beberapa matakuliah yang dipimpin oleh dosen super disiplin, absenku semakin banyak dan mendekati angka yang patut diperhatikan. Akan tetapi sikapku santai dalam menghadapinya, pikirku"kan masih masa orientasi mahasiswa baru" simana pada saat itu memang anak-anak semseter seankatankulah yang mendapatkan jatah untuk "mengerjai" anak-anak baru yang berminat menyemplung di dunia hukum ini. Setelah melewati minggu ketiga akhirnya aku masuk kelas untuk pertama kali dan senangnya seketika kehadiranku disambut bik oleh teman-temanku, Oh Bahagiannya!

Akan tetapi hal tersebut bukanlah yang menjadi inti dari ceritaku, ada sebuah hal yang penting yang dapat menjadi pelajaran bagiku dan manusia lainnya yaitu menghindari kebohongan. Ceritanya begini seminggu sebelum semester 6 berakhir aku telah memamerkan kepada teman-teman saya bahwa tugas akhir perkulihahanku  telah kusiapkan. Saya telah mengerjakan skripsi yang menjadi syarat untuk mendapatkan gelar sarjana tersebut. Saya mengatakan kepada teman-teman saya dengan perasaan sombong, hal ini menjadikankan saya seperti lebih hebat daripada mereka. Saya sangat gembira melihat kekuasaan semu tersebut. Tak lama kemudian isu ini menjadi bola salju, ceritanya bergelombang dari mulut ke mulut. Seperti yang kuharapkan banyak temanku kini menanyakan perihal skripsiku yang konon telah kusiapkan tersebut. Aku terus menolak untuk menjawabnya seraya menghindar mendiskusikan hal itu.

Seiring dengan berjalannya waktu Saya menyadari bahwa isu tersebut membuat saya tidak nyaman, setiap bertemu setiap orang selalu diingtkan perihal teknis pembuatan skripsi. Mereka tidak menyadarei bahwa sebenarnya skripsiku tidaklah spenuhnya selesai, Aku tidak mengerti mengapa informasi yang kuberuikan kepada satu teman berubah drastis ke teman lainnya, mungkin hal ini yang dikatakan miscommunication. Ketidaknyamananku bertmabah parah ketika Judulku tidak diterima , akan tetapi dapat kuselesaikan dengan mengubah judul akan tetapi masih dengan substnsi yang sama. Masalah tidk juga berakhir setelah judul yang telah diubah diterim oleh kepala Departemen kini pihak perpustakaan yang menjadi pihak pemeriksa apakah ada judl yang sama dengan skripsiku mulai berulah. Merel\ka berpendapat bahwa judul skripsiku terdapat persamaan dengan skripsi yang ditulis oleh seorang mahasiswa angkatan 99, aku tahu siapa mahasiswa tersebut sebab dia adalah mentorku disebuah kelompok keagamaan. Kepala mulai pusing tak tertahankan memikirkan hal ini, aku merasa marah sekaligus mencaci maki habis-habisan pihak perpustakaan yang menurutku sangat tidak kompeten dalam memeriksa judul skripsiku. Pendapatku membentak-benatak bahwa tidak ada persamaan antara judul skripsiku dengan judul skripsi sang kka kelas. Masakan hanya karena terdapa persamaan dua kata, pihak perpustakaan langsung menjustifikasi bahwa judulku merupakan plagiat darijudul sang kaka kelas. Mereka selanjutnya menyarankanku agar Aku mengkonsultasikan hal ini kepada kepala departemen untuk mendapatkan lampu hijau untuk melanjutkannya. Jujur meskipun diberi sebuah pengharapan hatiku enggan untuk melakukannya sebab pada dasarnya di dalam pemikiranku tersirat sebuah gagasan bahwa skrispiku haruslah yang terbaik dan belum ada persamaan di dengan skripsi yang sudah ada. Aku merasa jika Aku melanjutkan jududl ini dan membentuknya menjadi sebuah skripsi, kredibilitasku sebagai mahasiswa aklan tercoreng dan rasa malu akan menyelimuti keberhasilanku meraih gelar sarjana kelak. Tapi hatiku terus bergejolak bagaimana aku dapta menyelesaikan masalah ini, apakah aku harus menemukan judl yang baru atrau tetap bertahan dengan judul yang sudah ada. Rasa bingungku semakin parah dengan adanya informasi bahwa kepala departmen akan diganti dengan orang yang sangat susah diajak kompromi. Aku sangat tertekan, hari-hariku ipenuhi dengan beribu-ribu rasa penasaran. dan Hatiku tidak lelah untuk menemukan judul yang baru walaupun sampai detik ini belum aku dapatkan. Aku tersakiti oleh rasa kesomboi\nganku sendiri. Aku merasa malu dengan orang-orang yang mengaggapku lebih, dan Aku merasa malu dengan diriku yanbg terlalu menganggap diriku lebih hebat daripada orang lain.

Kesobonganku kini telah menjadi bumerang yang telah menghancurkan kekokohan istanaku. Aku termakan oleh kata-kataku yang terlalu meninggikan diri. Jiwaku ingin berontak menyalahkan diri meskipun hati menagis dan berusaha menenangkan pikiran. Aku sadari kini bahwa sesuatu yang belum terjadi sebaiknya jangan dibicarakan terlebih dahulu kalau tidak mau kejadiannya seperti ini. Alangkah baiknya semua rencana besar yang telah disusun matang-matang dirahasiakan baik kepada orang terdekat maupun yang lainnya. Aku kini mendapat pelajaran yang berharga dari peristiwa ini. Kini aku akan menyeleksi sikap banyak omong yang telah tertanam dalam diriku untuk tidak berulah pada masa-masa penting. Aku tiak ingin semua renacan besarku gagal total yang pada akhirnya menghancurkan masa depanku, biarlah rahasia rencana kehidupanku hanya dengan Tuhan saja kuberitahu. Dia-lah yang dapat kupercaya dan memberi kekuatan dalam masa-masa sakitku. Terima Kasih Tuhan atas kekuatan ini, aku tahu semua kejadian dalam hidupku mengandung maksud-maksud yang jawabanya pasti untuk kebaikanku. Biarlah kini aku berjuang merajut asa dan tenaga mengumpulkan lagi semangat-semangat yang tersisa membangun istana yang dulu kokoh berdiri akan tetapi kini hancur rata dengan bumi. Biarlah kubangun kembai istanaku itu dengan harapan baru dan kekuatan baru yang akan menjadikan hasilnya lebih baik. Sehingga kelak akan kusongsong kehidupan yang indah dan bahagia. Amin

Lanjutkan Baca - Sebuah Kesombongan Yang Menghancurkanku

Read more...

  ©Template by Dicas Blogger.